Omzet Jutaan dari Berkebun Kakao Intensif

  • May 19, 2024
  • muh safwan dewangga

Pekebun kakao di Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan, Baramang mendapatkan omzet hingga Rp297 juta per tahun dari berkebun kakao. Pekebun kakao di Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan, itu menanam kakao dengan sistem poliklonal di lahan seluas 1,35 ha.

Pekebun kakao binaan PT Mars Symbioscience Indonesia itu mengebunkan 3 klon unggul yakni Sulawesi 2, MCC 1, dan BB1. Jarak tanam 3 m x 3 m. Semula Baramang menanam klon Sulawesi 2. Pada 2019, ia meregenerasi tanaman dengan klon MCC 1 melalui sambung samping.

Pada 2023, ia meregenerasi kembali beberapa tanaman dengan klon BB1 melalui cara yang sama. Baramang memanen kakao dua kali dalam setahun yakni pada Juni dan November. Total jenderal ia mendapatkan 9,9 ton biji kakao basah.

Ia menjual biji basah itu seharga Rp30.000 per kg. Artinya ia memperoleh pendapatan Rp297 juta per tahun. Pekebun kakao di Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan, Muhammad Aris, juga memanfaatkan klon unggul.

Aris menanam klon MCC 02, MCC 01, dan Sulawesi 2. Ia juga menerapkan pemupukan berimbang antara pupuk anorganik dan organik. Selain itu, ia menerapkan pengelolaan penaung yang baik agar pertumbuhan tanaman optimal.

Hasilnya produksi panen biji kakao kering dari kebun Aris selalu lebih dari 1 ton per ha. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas nasional yang hanya 0,6 ton per ha.  Intensifikasi merupakan upaya meningkatkan produksi kakao nasional tetapi ekstensifikasi pada area baru juga perlu dilakukan.

Peremajaan tanaman memungkinkan kakao kembali produktif. Salah satunya yang dilakukan pekebun kakao di Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Melalui program revitalisasi kakao, Pemerintah Daerah Kolaka Utara mendorong pekebun kakao untuk melakukan peremajaan tanaman sejak 2018. Sejak program dicanangkan hingga 2020 Pemerintah Daerah Kolaka Utara telah melakukan revitalisasi kakao seluas 10.300 ha.