Kabupaten Kolaka Utara Miliki Program Revitalisasi Kakao, Tingkatkan Produksi dan Kualitas Kakao

  • Jun 14, 2024
  • muh safwan dewangga

Biji kakao asal Kabupaten Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara, berkualitas prima dan menembus pasar ekspor.  Pada Rabu,10 Januari 2024, Penjabat Gubernur Sulawesi Tenggara, Komjen. Pol. (Purn) Dr. (H.C.) Andap Budhi Revianto, S.I.K., M.H., dan Penjabat Bupati Kolaka Utara, Dr. Ir. Sukanto Toding, M.S.P., M.A., melepas pengiriman 17,10 ton biji kakao kering fermentasi ke Tiongkok.

Ekspor itu membuktikan bahwa biji kakao asal Kolaka Utara berkualitas prima. Biji kakao berkualitas ekspor itu merupakan hasil pengolahan CV Afnan Syariah di Desa Lelehao, Kecamatan Watunohu, Kabupaten Kolaka Utara.

Pendiri CV Afnan Syariah Ruslin mendapatkan biji kakao basah dari para pekebun di Kolaka Utara. Selanjutnya ia dan tim menyortir dan melakukan fermentasi biji kakao hingga memenuhi standar permintaan pembeli dari Negeri Tirai Bambu.

Sebetulnya ekspor biji kakao fermentasi pada Januari 2024 itu bukan yang pertama bagi Ruslin. Ia kali pertama mengekspor biji kakao fermentasi ke Tiongkok pada Juni 2020. Pembeli dari negeri di Asia Timur itu puas dengan kualitas biji kakao fermentasi milik Ruslin sehingga membuat kontrak penjualan hingga kini.

Ia mendapatkan kuota pengiriman mencapai 500 ton biji kering kakao fermentasi pada 2024. “Lebih enak jual kakao ke luar negeri karena harga lebih tinggi dan pembayaran lebih bagus,” kata pria berumur 36 tahun itu.

Peran pemerintah Kabupaten Kolaka Utara yang menjadikan kakao sebagai salah satu komoditas utama menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan Ruslin mengekspor kakao ke Tiongkok.

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Kolaka Utara, Ismail Mustafa, S.T., mengatakan, sekitar 80% dari total keseluruhan lahan perkebunan di sana ditanami kakao.

Luas perkebunan kakao mencapai sekitar 79.000 hektare yang menghasilkan lebih dari 60.000 ton biji kakao kering pada 2023. “Pada 2017, produksi kami masih kurang dari 30.000 ton per tahun dan produktivitas kebun baru sekitar 300 kg biji kering per hektare,” kata Ismail.

Kini produksi kebun kakao mencapai 1 ton per hektare per tahun. Peningkatan produksi itu karena adanya program revitalisasi kakao yang merupakan program kerja Bupati Kolaka Utara periode 2017—2022, Drs. H. Nur Rahman Umar, M.H.

Menurut Ismail alokasi anggaran kegiatan itu dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN). Program peningkatan produksi dan produktivitas kakao itu berupa pembagian 15 juta bibit unggul, bantuan pupuk, dan pendampingan di tingkat petani.

Program revitalisasi kakao itu berlanjut di era Penjabat Bupati Kolaka Utara saat ini, Dr. Ir. Sukanto Toding, M.S.P., M.A. Hingga kini peremajaan kakao mencapai luasan 15.000 hektare dari target 18.000 hektare. Peremajaan dilakukan agar produksi kakao meningkat.

Apalagi mayoritas tanaman memang berumur tua. Sebetulnya pada 2017 harga kakao kering hanya Rp29.000—Rp30.000 per kilogram. Saat itu serangan hama dan penyakit juga menjadi ancaman yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Meski tantangan mengadang, bupati terpilih saat itu optimis kejayaan kakao di Kolaka Utara di masa lalu bisa terulang kembali. Padahal saat itu beberapa kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara mengganti tanaman kakao dengan tanaman lain seperti sawit karena menganggap bisnis kakao kurang menjanjikan saat itu.

Beruntung Kabupaten Kolaka Utara mempunyai program revitalisasi yang berhasil meningkatkan produksi kakao. H. Mashuda salah satu pekebun yang mengikuti program revitalisasi kakao.

Sebelum peremajaan produksi kakao hanya 200 kilogram biji kering. Setelah peremajaan panen 1 ton biji kering per hektare per tahun,” kata pekebun kakao di Desa Sarona, Kecamatan Watunohu, Kabupaten Kolaka Utara, itu.